Tentang Blog Ini.......

Blog ini berisikan artikel-artikel filsafat, baik itu dari kawasan Timur, Barat, Islam, Indonesia dan tentunya kajian mengenai cabang-cabang filsafat. Blog ini dikelola oleh Mahasiswa Filsafat UGM Yogyakarta.......

Logika Ketuhanan



Penganut Relativisme berkeyakinan, bahwa Tuhan adalah realitas Mutlak yang tak mungkin dijangkau oleh manusia yang serba terbatas. Sehingga tidak ada satupun keyakinan yang berhak untuk mengklaim dirinya tahu akan Tuhan. Hanya Tuhan yang tahu akan eksistensiNya.

Pandangan ini dijustifikasi oleh argumen psikologis, bahwa keyakinan orang kepada Tuhan tak lebih dari mimpi atau ketakutan manusia atas realitas yang tak dapat ia jangkau. Tuhan tak lebih dari ingauan atau imajinasi pikiran manusia.

Benarkah seperti itu ? Jika benar, berarti selama ini kita telah salah mempersepsikan Tuhan. Sia-sia saja kita beribadah dan memiliki iman ?

Pemahaman ini lahir dari paradigma antropomorfisme. Dimana manusia menganggap dirinya pusat dari segala sesuatu. Tumpuannya adalah akal pikiran. Sehingga tidak salah ketika ada yang mengatakan Tuhan itu satu, banyak, atau Tuhan itu sebenarnya tidak ada, sesuai dengan ia persepsikan tentang Tuhan.

Ketika kita meletakan Tuhan sebagai Realitas Mutlak yang tak bisa dijangkau oleh akal manusia, maka tindakan memikirkan Tuhan secara serampangan akan membawa akibat fatal. Tak sama antara Yang Sebenarnya dengan yang kita pikirkan. Sehingga yang didapatkan adalah pengetahuan semu.

Oleh karena itu, penulis lebih cendrung kepada pandangan kaum spiritualis Islam, yang menyatakan, Tuhanlah yang memperkenalkan dirinya kepada manusia. Karena Tuhan tidak mungkin memperkenalkan dirinya dengan hadir menampakan WujudNya di dunia (karena dunia tidak mampu untuk memberikan ruang kepada Tuhan untuk menampakan Diri), maka dipilihlah beberapa manusia yang kelak menjadi manusia suci untuk mengabarkan aspek-aspek KeTuhanan kepada umat manusia. Tentu manusia suci tersebut tidak sembarang ditetapkan Tuhan. Mereka biasanya membawa kemampuan luar biasa sehingga orang-orang di sekitarnya menyakini apa yang dia katakan.

Pengetahuan manusia tentang Tuhan disampaikan oleh utusanNya, setelah utusan tersebut mendapatkan training khusus dari Tuhan. Tidak sembarang orang bisa menjadi manusia suci. Meskipun pengakuan sebagai orang suci dapat diklaim oleh siapa saja, namun kebenaran dan kebohongan dapat dilihat dari apa yang ia ajarkan dan sampaikan.

Sehingga, pengetahuan yang benar terhadap wujud, dzat dan sifat Tuhan, hanyalah bisa kita ketahui secara gamblang melalui manusia-manusia suci tersebut yang terkenal dengan kejujurannya. Pertanyaan selanjutnya yang muncul, apakah manusia bisa mengenal Tuhan tanpa harus melalui manusia suci ? Bukankah, manusia diberi akal. Dan yang menciptakan akal adalah Tuhan. Kan bisa saja Tuhan mengenalkan dirinya langsung kepada masing-masing orang. Jika begitu, maka tidak perlu manusia suci yang mesti menanggung derita (dibenci, diusir, dilukai, dihujat, dicaci, bahkan dibunuh), dan tidak ada kemungkinan salah penafsiran setiap orang terhadap Tuhan (banyak juga orang kecewa kepada Tuhan dengan menyatakan Tuhan tidak adil, Tuhan itu kejam dan lain sebagainya).

Jawaban saya atas pertanyaan ini, kita sebagai makhluk terbatas dari segi apapun. Kita akan mengalami kematian. Dan konon setelah mengalami fase kematian, kita akan menemuiNya. Oleh karena itu, pertanyaan kritis seperti ini tiada lagi berarti, karena kita tidak bisa memprotes Tuhan. Bukankah kita hanya budak, yang sementara ini, diberi kebebasan untuk hidup di dunia. Setelah itu, kita tak lebih sebutir pasir yang dihembus oleh angin gurun.


0 komentar: